Humor Sufi milik Nasrudin

PERHATIAN PERHATIAANNN!!!!

HUMOR INI MEMPUNYAI NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA.

DAN APABILA AGAN HANYA MEMBACA BEBERAPA SAJA, MAKA RUGILAH AGAN!!

SILAHKAN BUKTIKAN SEBERAPA RUGI AGAN BILA TAK MEMBACA KESEMUANYA!!



Spoiler for Belajar Musik
Pada suatu hari Nasrudin mendengar ada seorang muda yang bia bermain musik dengan amat bagus. Ia pun tertarik untuk belajar musik. Keesokan harinya, ia pergi ke kota dan menemui guru musik kenamaan. Â"Tuan, saya ingin belajar musik, berapa bayarannya?Â" Guru itu sejenak melihat wajahnya, sebelum akhirnya menjawab,Â"Murid-muridku membayar tiga dirham untuk bulan pertama, dan kemudian untuk tiap bulan berikutnya membayar satu dirham. Nasrudin berpikir sejenak dan kemudian berkata, Â"Baiklah,Â" katanya, Â"Saya akan mulai kursus pada bulan kedua saja.Â"


Spoiler for Nasrudin Memanah
Sesekali, Timur Lenk ingin juga mempermalukan Nasrudin. Karena Nasrudin cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran. Maka diundangnya Nasrudin ke tengah-tengah prajuritnya. Dunia prajurit, dunia otot dan ketangkasan.
Â"Ayo Nasrudin,Â" kata Timur Lenk, Â"Di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah kemampuanmu memanah. Panahlah sekali saja. Kalau panahmu dapat mengenai sasaran, hadiah besar menantimu. Tapi kalau gagal, engkau harus merangkak jalan pulang ke rumahmu.Â"
Nasrudin terpaksa mengambil busur dan tempat anak panah. Dengan memantapkan hati, ia membidik sasaran, dan mulai memanah. Panah melesat jauh dari sasaran. Segera setelah itu, Nasrudin berteriak, Â"Demikianlah gaya tuan wazir memanah.Â"
Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Masih juga panah meleset dari sasaran. Nasrudin berteriak lagi, Â"Demikianlah gaya tuan walikota memanah.Â"
Nasrudin segera mencabut sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Kebetulan kali ini panahnya menyentuh sasaran. Nasrudin pun berteriak lagi, Â"Dan yang ini adalah gaya Nasrudin memanah. Untuk itu kita tunggu hadiah dari Paduka Raja.Â"
Sambil menahan tawa, Timur Lenk menyerahkan hadiah Nasrudin.




Spoiler for Tempat Timur Lenk di Akhirat
Timur Lenk meneruskan perbincangan dengan Nasrudin soal kekuasaannya.
Â"Nasrudin! Menurutmu, di manakah tempatku di akhirat, menurut kepercayaanmu ? Apakah aku ditempatkan bersama orang-orang yang mulia atau yang hina ?Â"
Bukan Nasrudin kalau ia tak dapat menjawab pertanyaan Â'semudahÂ' ini.
Â"Raja penakluk seperti Anda,Â" jawab Nasrudin, Â"Insya Allah akan ditempatkan bersama raja-raja dan tokoh-tokoh yang telah menghiasi sejarah.Â"
Timur Lenk benar-benar puas dan gembira. Â"Betulkah itu, Nasrudin ?Â"
Â"Tentu,Â" kata Nasrudin dengan mantap. Â"Saya yakin Anda akan ditempatkan bersama FirÂ'aun dari Mesir, raja Namrudz dari Babilon, kaisar Nero dari Romawi, dan juga Jenghis Khan.Â"
Entah mengapa, Timur Lenk masih juga gembira mendengar jawaban itu.




Spoiler for Harga Timur Lenk di Dunia
Timur Lenk masih meneruskan perbincangan dengan Nasrudin soal kekuasaannya.
Â"Nasrudin! Kalau setiap benda yang ada di dunia ini ada harganya, berapakah hargaku ?Â"
Kali ini Nasrudin menjawab sekenanya, tanpa banyak berpikir.
Â"Saya taksir, sekitar 100 dinar sajaÂ"
Timur Lenk membentak Nasrudin, Â"Keterlaluan! Apa kau tahu bahwa ikat pinggangku saja harganya sudah 100 dinar.Â"
Â"Tepat sekali,Â" kata Nasrudin. Â"Memang yang saya nilai dari Anda hanya sebatas ikat pinggang itu saja.Â"





Spoiler for Mimpi Religius
Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Tidurlah mereka.
Pagi harinya, saat bangun, pastur bercerita: Â"Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali.Â"
Yogi menukas, Â"Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai.Â"
Nasrudin berkata, Â"Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda Â'Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.Â' Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga.Â"





Spoiler for Konsistensi Umur
Â"Berapa umurmu, Nasrudin ?Â"
Â"Empat puluh tahun.Â"
Â"Tapi beberapa tahun yang lalu, kau menyebut angka yang sama.Â"
Â"Aku konsisten.Â"





Spoiler for Harga Kebenaran
Seperti biasanya, Nasrudin memberikan pengajaran di mimbar. Â"Kebenaran,Â" ujarnya Â"adalah sesuatu yang berharga. Bukan hanya secara spiritual, tetapi juga memiliki harga material.Â"
Seorang murid bertanya, Â"Tapi mengapa kita harus membayar untuk sebuah kebenaran ? Kadang-kadang mahal pula ?Â"
Â"Kalau engkau perhatikan,Â" sahut Nasrudin, Â"Harga sesuatu itu dipengaruhi juga oleh kelangkaannya. Makin langka sesuatu itu, makin mahallah ia.Â"





Spoiler for Tampang Itu Perlu
Nasrudin hampir selalu miskin. Ia tidak mengeluh, tapi suatu hari istrinyalah yang mengeluh.
Â"Tapi aku mengabdi kepada Allah saja,Â" kata Nasrudin.
Â"Kalau begitu, mintalah upah kepada Allah,Â" kata istrinya.
Nasrudin langsung ke pekarangan, bersujud, dan berteriak keras-keras, Â"Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!Â" berulang-ulang. Tetangganya ingin mempermainkan Nasrudin. Ia melemparkan seratus keping perak ke kepala Nasrudin. Tapi ia terkejut waktu Nasrudin membawa lari uang itu ke dalam rumah dengan gembira, sambil berteriak Â"Hai, aku ternyata memang wali Allah. Ini upahku dari Allah.Â"
Sang tetangga menyerbu rumah Nasrudin, meminta kembali uang yang baru dilemparkannya. Nasrudin menjawab Â"Aku memohon kepada Allah, dan uang yang jatuh itu pasti jawaban dari Allah.Â"
Tetangganya marah. Ia mengajak Nasrudin menghadap hakim. Nasrudin berkelit, Â"Aku tidak pantas ke pengadilan dalam keadaan begini. Aku tidak punya kuda dan pakaian bagus. Pasti hakim berprasangka buruk pada orang miskin.Â"
Sang tetangga meminjamkan jubah dan kuda.
Tidak lama kemudian, mereka menghadap hakim. Tetangga Nasrudin segera mengadukan halnya pada hakim.
Â"Bagaimana pembelaanmu?Â" tanya hakim pada Nasrudin.
Â"Tetangga saya ini gila, Tuan,Â" kata Nasrudin.
Â"Apa buktinya?Â" tanya hakim.
Â"Tuan Hakim bisa memeriksanya langsung. Ia pikir segala yang ada di dunia ini miliknya. Coba tanyakan misalnya tentang jubah saya dan kuda saya, tentu semua diakui sebagai miliknya. Apalagi pula uang saya.Â"
Dengan kaget, sang tetangga berteriak, Â"Tetapi itu semua memang milikku!Â"



UDAH DIBACA SEMUA KAN GAN,

KALAU BELUM,
KENAPA HARUS nunggu baca NANTI GAN


TAPI KALAU UDAH BACA,
SILAHKAN DI ATAU


TERIMA KASIH AGAN/WATI


oia, jangan lupa ada lg yg super koplak gan,
cekidot :

Tentang Akal Manusia



Sumber :http://m.kaskus.co.id/thread/000000000000000010647956/humor-sufi-milik-nasrudin-like-like


Previous
Next Post »